Kuharap Engkau Mengerti [PUISI]

Ilustrasi Puisi Ars


Oleh àrs


Kuharap Engkau Mengerti


Apakah Pagi Tercipta oleh Api?

[1.a]

ada merah berkelip-kelip

tak lama sebelum senja pergi

itu hangat.

seperti bara api.

seperti mata hati.



[1.b]

ada gelap yang setia menemani

bak cerminan diri tanpa jasmani.



[1.c]

merah itu ingin pergi

menarik rantai hati lain,

namun takkunjung pagi

sebab pagi bukan lahir dari api.



[2]

aku punya kehangatan surgawi,

darah para nabi, dan anggur serta cawan suci.

barangkali ada yang mampir

sebelum hari semakin berganti,

sebelum rahasia ini tidak suci.



[3]

siapakah cermin sejati?

siapa saja dari salah satu bidadari.

aku. aku. aku.

agung! agung! agung!

sanjungan itulah tanda kekasih

dan kekasih itulah yang membunuhmu nanti.



Lily, Theo, dan Kornie
Petak Umpet

[08:59]
anak-anak kecil bermain di tepian; seonggok batu, sebungkus tanah dan rerumputan. ikalnya cemara merias pantai dari kandungan tinta mentari senja. burung kecil kembali pada sangkar, sementara ibu memungut ranting dan tangkai. angin barat memulangkan ayah-ayah mereka … kepada bara harapan yang kian terang, kepada daun-daun gugur yang melengkapi busana tanah, bersama kembara sungai yang mengejar usaha demi bercumbu dengan bibir pantai.

[16:20]
anak-anak kecil menjejaki gugus angkasa pada seluruh tubuhnya; dari indrawi; dari kulit-kulit dimensi yang menimpan hasrat, seperti tari-tarian lidah menerka suara. pada malam-malam yang hangat, tirisan rintik kenangan menceritakan cahaya panjar, seperti lima, enam, atau sepuluh miliar bayang-bayang menyelimuti cerminan semesta.

[23:16]
anak-anak kecil dengan tamasya meriah yang kelelahan … sungguh haru menggulung mereka sebagai mahakarya yang berlabuh di atas gelombang waktu. Sungguh … pesona gema menyuar-nyuarkan keabadian di dalam kehampaan, menjadi satu, menjadi dua, menjadi jarak antara satu dan dua; menjadi ada, menjadi tiada; menjadi ada di dalam ketiadaan.


Panca

cerita panjang menyeberangi lautan,
menapaki satu—dua pulau,
tiga ke empat belantara raya;
sirna … sirnalah menjadi debu
menjadi tanah lepas
menjadi pasir pantai
menjadi memoar usang
menguras jari-jari usia …

jejak para leluhur mulai pudar
setengah-setengah mengucap ikrar,
di ujung bumi tak lagi melingkar …

cerita panjang menlintasi bibir wanita
semakin dalam, semakin terbuka
semakin lebar, semakin menganga
deras ... buah-buah hidup merentan;
cerita panjang dikujuri dandan
menanti nama kembali pada nisan.

nusantara yang ditelan
tengelam di kumpulan setan!



Post a Comment